Kamis, 19 Juli 2012

Filsafat agama islam

AGAMA DAN FILSAFAT
A.           Pengertian dan Pandangan Islam Mengenai Filsafat
“Filsafat” sampai kini masih merupakan istilah yang agak sulit untuk didefinisikan secara pasti. Hal ini karena cakupan makna dan pembahasan yang terkandung di dalamnya sangat luas dan multi-dimensional. Tapi penulis berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah kendala untuk tidak adanya definisi dari filsafat itu sendiri dan selanjutnya pendefinisian tersebut harus harus singkat dan jelas sehingga dapat dimengerti oleh semua orang dan dijadikan pijakan dalam suatu pembahasan. Saking banyaknya definisi tersebut, Sidi Gazalba (1992) menyimpulkan bahwa kita dapat berfilsafat tentang pengertian filsafat.

Filsafat merupakan salah satu dari sekian banyak sistem-sitem Islam yang mempunyai pengaruh terhadap pola pikir dan tingkah laku umat Islam.

Secara etimologis, istilah “filsafat “, yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab ) dan philosophy (bahasa Inggris).Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab irad libmaid aguj gnay , ف ل س فة bahasa Yunani; pilosopia (philosophia). Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari 
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity 'ketertarikan'. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Secara terminologi pengertian filsafat menurut Kattsoff (1963) dalam bukunya Elements of Philosophy.
  •  Filsafat adalah berpikir secara kritisv
  •  Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematisv
  •  Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtutv
  •  Filsafat adalah berpikir secara rasionalv
  •  Filsafat harus berpikir bersifat komprehensifv
H.E Saifuddin Anshari telah menyimpulkan pengertian filsafat dari pengertian yang diberikan oleh para filosof bahwa :

1) Filsafat adalah ilmu yang istimewa, yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena berada diluar jangkauannya.
2) Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa kekalian yang ada.

Ahmad Fuad Al Ahwawi menyatakan dalam kitabnya bahwa filsafat itu adalah sesuatu yang terletak diantara ilmu pengetahuan dan agama, karena disatu sisi ia mengandung permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diketahui dan difahami sebelum orang beroleh keyakinan dan ia menyerupai ilmu pengetahuan disisi lain karena ia merupakan hasil akal pikiran manusia.

Filsafat bisa didefinisikan sebagai usaha dengan menggunakan metode ilmiah untuk memahami dunia di mana kita hidup. Usaha ini dimaksudkan untuk memahami dunia dengan cara menggabungkan hasil ilmu pengetahuan khusus ke dalam semacam suatu pandangan dunia yang konsisten. Hal ini selalu menjadi tujuan filsafat sejak Thales sampai jaman sekarang. Pengertian filsafat yang sering diutarakan, yaitu berpikir secara sistematis, radikal, dan universal, untuk mengetahui tentang hakikat segala sesuatu (Hery Noer Aly, 1999: 22-23).
Berangkat dari pengertian filsafat sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan pengeretian filsafat adalah Usaha untuk memahami sesuatu secara kritis, sistematis, radikal (mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif.

Secara etimologi istilah “agama” berasal dari kata Sansekerta, yang berasal dari dua suku kata, yaitu a, artinya tidak dan gam, artinya pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun (Harun Nasution, 1979: 9). Sedangakn dalam Tadjab, dkk., (1994: 37) menyatakan bahwa agama berasal dari kata a, berarti tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir/ teratur.
Jadi,agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta keselamatan.
Suatu agama secara generik dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol (misalnya, kata-kata dan isyarat, cerita dan praktik, benda dan tempat) yang berfungsi agamis, yaitu, suatu yang terus menerus dipakai partisipan untuk mendekat dan menjalin hubungan yang benar atau tepat dengan sesuatu yang diyakini sebagai realitas-mutlak. Yakni adanya sesuatu yang dianggap transedental yang menjadi motif seseorang untuk beragama dan berpengaruh terhadap pola kehidupannya. Tuhan tidak dapat dilihat (secara dzohir), tapi peran-Nya sangat dominan sekali dalam kehidupan seseorang. Agama adalah perasaan mendalam akan ketergantungan pada kekuatan yang tidak dapat dilihat tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita….

Sebagai konklusi, pengertian filsafat agama adalah suatu sikap terhadap agama secara kritis, sistematis, radikal (mendalam), rasional, dan bersifat komprehensif yang didasari oleh suatu keyakinan mendalam terhadap sesuatu kekuatan yang transedental/ sebagai realitas-mutlak dan ghaib tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita dan dianggap menjadikan hidup teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.

Selanjutnya dalam hubungan antara akal (filsafat) dan syari‟at (agama). Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa hubungan antara akal dan syari‟at adalah hubungan pengetahuan, bisa jadi akal mengetahui syari‟at dan bisa jadi tidak bukan untuk menetapkan adanya syari‟at atau tidak adanya. Bahkan Ibnu Taimiyah pernah menyatakan bahwa filsafat itu haram dengan alasan jika seorang filsuf yang tidak kuat akidahnya dapat menyesatkan.
Dari uraian singkat di atas dapat difahami bahwasanya filsafat dibutuhkan untuk memahami isi kandungan Al-Qur‟an sebagai sumber ajaran Islam dan pada dasarnya keduanya akan mengantarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah hanya saja kalau agama menuntun manusia melalui wahyu yang diturunkan oleh Allah secara langsung maka filsafat adalah usaha frogresif manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi obyek pemikirannya. Berbeda dengan ilmu-ilmu deskriptif, filsafat agama mendekati agama secara menyeluruh. Filsafat agama mengembangkan logika, teori pengetahuan dan metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh orang-orang beragama sendiri yang ingin memahami dengan lebih mendalam arti, makna dan segi-segi hakiki agama-agama. Masalah-masalah yang dipertanyakan antara lain: hubungan antara Allah, dunia dan manusia, antara akal budi dan wahyu, pengetahuan dan iman, baik dan jahat, apriori religius, faham-faham seperti mitos dan lambang, dan akhrinya cara-cara untuk membuktikan kerasionalan iman kepada Allah serta masalah "theodicea".
Ada juga filsafat agama yang reduktif (mau mengembalikan agama kepada salah satu kebutuhan manusia dengan menghilangkan unsur transendensi), kritis (mau menunjukkan agama sebagai bentuk penyelewengan dan kemunduran) dan anti agama (mau menunjukkan bahwa agama adalah tipuan belaka). Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan.' Para ulama yang menganggap filsafat sebagai ilmu sesat adalah para ulama arab saudi dan seluruh ulama di dunia ini yang beraliran salafy/wahaby/ ahlus sunnah wal jamaah. Dalam berbagai buku dan majalah dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu sesat yang bertentangan dengan ajaran islam. Namun harus diingat bahwa definisi ilmu filsafat yang dianggap sesat adalah ilmu filsafat yang bertentangan dengan ajaran islam. Imam Ghazali telah menulis buku yang mengkritik filsafat dan menyatakan kafirnya berbagai ajaran fisafat. Namun kemudian Ibnu Rusyd (pengarang kitab bidayatul mujtahid) menulis buku yang membantah buku Imam Ghazali tersebut, dikabarkan bahwa Ibnu Rusyd membela filsafat, mungkin filsafat yang dibela Ibnu Rusyd adalah filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajarn islam. Dan patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat.

Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Qur‟an…(dan seterusnya).
Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya : „Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?‟ maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Qur‟an dan Hadits (Al-Akhbaar) dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebid‟ahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis pertanyaan dan komentar anda disini