Selasa, 18 September 2012

TIPS BERKENDARA MOBIL METIC

Kasus kecelakaan yang dialami mobil bertransmisi otomatis memperlihatkan bahwa kurang pahamnya terhadap cara kerja transmisi ini bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Contohnya, kasus seorang guru TK di Medan beberapa waktu lalu yang menabrak 17 muridnya karena kurang paham mengoperasikan transmisi otomatis. Menurut kabar, si guru bukannya menginjak rem, tetapi justru menginjak pedal gas.

Sebelum menjalankan mobil sebaiknya si pengemudi mengamati kondisi sekelilingnya, sebelum memutuskan menggerakkan mobil, baik maju atau mundur. Setelah dipastikan aman, injak pedal rem terlebih dahulu (biarkan tuas di posisi N atau netral), barulah kemudian menggeser tuas transmisi otomatis, baik ke posisi D (drive/maju) atau pun R (reverse/mundur).

Jangan langsung melepas pedal rem dan memindahkan kaki kanan ke pedal gas. Sekali lagi amati sekeliling, sebab dalam satu atau dua detik saja, boleh jadi telah ada orang atau mobil lain yang posisinya mendekati mobil kita.

Bila telah pasti aman, perlahan lepas pedal rem, dan mobil akan bergerak perlahan, baik maju atau mundur sesuai keperluan kita. Mayoritas mobil bertransmisi otomatis akan bergerak dengan sendirinya bila pedal rem dilepas (posisi tuas di D atau R).

Hanya pada segelintir mobil tertentu, misalnya yang berteknologi kopling ganda (dual clutch) yang tidak bergerak meski pedal rem sudah dilepas. Mobil baru bergerak bila pedal gas dipijak.

Kembali ke mobil bertransmisi otomatis pada umumnya, jangan buru-buru memindahkan kaki kanan ke pedal gas (pastikan hanya kaki kanan yang bekerja, sedangkan kaki kiri diistirahatkan).

Bila dirasa lalu lintas aman, barulah kaki kanan memijak pedal gas dan mobil melaju lebih cepat. Jangan membayangkan
keseluruhan proses yang dijabarkan di atas memakan banyak waktu.

Bila seorang pengemudi sudah terbiasa menerapkan prinsip safety driving tersebut, proses tersebut berlangsung dalam waktu kurang dari satu menit, kecuali memang ada mobil lain atau orang yang menghalangi gerak mobil kita.

Untuk selanjutnya, beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya, jika transmisi 'matic' belum elektronis (konvensional) perhatikan saat menurunkan gigi. "Jangan menurunkan gigi di kecepatan tinggi," saran Budi Waluyo, kepala bengkel Peugeot Sunter, Jakarta Utara.

Biasanya kesalahan ini dilakukan pengemudi yang ingin melakukan engine braking selayaknya mobil bertransmisi manual. Bila dilakukan, gearbox bisa rusak, atau mobil mengalami gangguan kestabilan. "Berbeda dengan yang sudah memakai teknologi tiptronik (elektronis). Menurunkan gigi di kecepatan tinggi sah saja, karena ECU (electronic control unit) akan menyesuaikan turunnya gigi pada kecepatan yang sesuai," jelasnya.

Kemudian menginjak pedal secara penuh dan cepat (kickdown) pun harus dilakukan di saat yang tepat. "Saat mobil membutuhkan tenaga besar untuk menyalip atau bermanuver baru lakukanlah kickdown," tukas Budi.

Karena menurutnya semakin sering kita melakukan kickdown, usia pakai transmisi pun akan semakin pendek. Lalu bagaimana saat menghadapi jalanan yang banyak tanjakan dan turunan?

Tempatkan transmisi di posisi 1 atau L (low), agar mobil tidak nyelonong di turunan. Sebab, bila tuas di posisi D, mesin tidak akan melakukan engine braking dan hal ini berbahaya.

Selain itu, untuk transmisi tertentu yang sudah dilengkapi teknologi overdrive, pastikan overdrive itu dalam kondisi 'off'.



Adapun saat memarkir, sebelum memindahkan tuas ke posisi P (park), pastikan tarik rem tangan terlebih dahulu. "Ini dilakukan agar transmisi tidak terbebani oleh bobot mobil, terutama di lahan parkir yang memiliki kemiringan," tambahnya.

Bagaimana perawatannya? "Tentunya lakukan servis rutin di bengkel resmi," ujar Budi. Lalu oli transmisi harus dikuras setidaknya setelah menempuh jarak 30-40 ribu km atau telah mencapai 3 tahun usia kendaraan.

Meski banyak manufaktur yang mengklaim oli transmisi tidak perlu diganti, namun sejatinya iklim dan cuaca di Indonesia memiliki kelembaban udara yang tinggi.

Artinya, udara yang masuk ke dalam lubang hawa udara transmisi banyak mengandung unsur air. "Kalau ini didiamkan akan mengendap dan bercampur dengan oli transmisi dan bisa mengurangi usia pakai transmisi," jelasnya.

Padahal, unsur air sama sekali tidak boleh masuk ke dalam transmisi. Itu pula sebabnya pengguna mobil matik tidak direkomendasikan melewati jalanan yang tergenang air cukup tinggi, karena letak lubang hawa udara itu sangat rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis pertanyaan dan komentar anda disini