Minggu, 16 September 2012

PELECEHAN SEKSUAL DI MESIR

Assalamu'alaikum, kali ini saya akan memberikan informasi yang mungkin bermanfaat buat anda sekalian semoga info ini dapat bermanfaat bagi anda.
Jalanan Mesir kian tak aman bagi kaum wanita. Aktivis hak-hak perempuan Mesir menyatakan, masalah pelecehan seksual telah mencapai proporsi epidemi (besar), dengan kenaikan tajam insiden tersebut selama tiga bulan terakhir.
Menurut situs BBC, pelecehan seksual - kerap berubah menjadi kekerasan massa gaya serangan - kini jadi fakta sehari-hari di negeri itu. Musim dingin yang lalu, seorang wanita Mesir diserang oleh kerumunan orang di kota Alexandria.

Dalam rekaman video dari insiden itu, yang kemudian diunggah ke Internet, dia diseret di atas bahu pria dan diseret di tanah, diiringi sorak-sorai belasan pelaku. Sulit untuk mengatakan siapa yang menyerang dan siapa yang mencoba untuk membantu.
Kasus ini adalah salah satu yang paling ekstrem - tapi survei mengatakan bahwa perempuan Mesir banyak menghadapi beberapa bentuk pelecehan seksual setiap hari. Marwa, bukan nama sebenarnya, mengaku pernah diraba-raba atau secara lisan dilecehkan setiap kali dia pergi ke pusat kota. Dia mengatakan hal itu membuatnya takut. "Saya sangat berhati-hati dalam cara saya berpakaian. Saya menghindari memakai hal-hal yang menarik perhatian orang," katanya.
Tapi berpakaian konservatif pun tidak lagi menjadi bentuk perlindungan, menurut Dina Farid, aktivis hak-hak perempuan Girls are a Red Line. Dia mengatakan bahkan wanita yang mengenakan jilbab di seluruh wajah juga menjadi sasaran.
"Statistik mengatakan bahwa sebagian besar wanita atau anak perempuan yang telah dilecehkan secara seksual benar-benar tertutup dengan niqab," katanya.
Pada tahun 2008, sebuah studi oleh Pusat Mesir untuk Hak-Hak Perempuan menemukan bahwa lebih dari 80 persen dari perempuan Mesir telah mengalami pelecehan seksual. Sebagian besar korban adalah mereka yang mengenakan jilbab.
Said Sadek, seorang sosiolog dari American University di Kairo, mengatakan bahwa masalah ini berakar dalam masyarakat Mesir, paduan dari apa yang disebutnya meningkatkan konservatisme Islam dan sikap patriarkal kuno.
"Fundamentalisme agama muncul, dan mereka mulai untuk menargetkan perempuan. Mereka ingin perempuan untuk kembali ke rumah dan tidak bekerja. Budaya patriarki membuat pria tidak menerima bila wanita lebih tinggi dari mereka. Ini bukan budaya dari Firaun, itu adalah budaya Badui," kata Sadek.
Sadek dan kelompok kampanye perempuan juga menyalahkan apa yang mereka sebut kurangnya penegakan hukum oleh aparat keamanan. Mereka mengatakan polisi tak berbuat lebih banyak untuk melindungi perempuan dari pelecehan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis pertanyaan dan komentar anda disini